Wed. Mar 26th, 2025

Saat bulan puasa tiba, bukan berarti kita harus berdiam diri di rumah dan menghentikan segala aktifitas sehari-hari. Di bulan yang penuh berkah ini, kita masih bisa melakukan berbagai kegiatan seperti biasanya dan tentunya masih dapat mengisi waktu di bulan puasa dengan kegiatan-kegiatan yang bernilai ibadah yang dapat memperbaiki akhlak dan meningkatkan tali silaturahmi. Namun, semua itu kadang kala terkendala dengan stamina fisik yang lemah akibat kurangnya asupan makanan di siang hari. Sehingga bulan Ramadhan yang identic dengan puasa cenderung dijadikan alasan untuk mengurangi bahkan menunda aktifitas. Alasan ini disandarkan bahwa tidurnya orang puasa saja merupakan bentuk ibadah. Namun pada umumnya, puasa memproduksi toleransi yang cukup tinggi. Sehingga ketertundaan dan keterlambatan aktifitas dijadikan sesuatu yang sah-sah saja dilakukan. Secara rasional, “Kalau tidur saja dapat menuai pahala, apalagi bekerja dan melakukan hal-hal yang positif, Insya Allah akan lebih bermanfaat dengan kualitas pahala yang sebanding”. Maka kegiatan bisa disesuaikan dengan agenda Ramadhan. Meskipun dalam keadaan puasa ,justru kegiatan ini bukan dikurangi malah menambah dalam durasi dan frekuensinya. Bila puasa ada kegiatan, puasanya tidak akan terasa. Ibadah puasa bukan halangan untuk tetap melakukan aktifitas kerja. Untuk mempertahankan kondisi tubuh yang fit selama berpuasa, dibutuhkan beberapa tips sehat yang harus dipenuhi sehingga seharian tetap mempunyai semangat dan gairah untuk bekerja.

1. Tetap makan sahur

Sahur itu diperlukan karena salah satunya adalah perintah dari Rasulullah Saw, dengan sabdanya “Sahurlah kamu, karena dan jika kita melaksanakan sunnah Rasul sudah pasti ada ganjarannya dari Allah Swt. Selain itu, energi yang kita butuhkan untuk beraktifitas di siang hari akan tercukupi. Apa yang harus dimakan sahur? Sebaiknya saat sahur pilihlah makanan yang berserat, berlemak, dan berprotein tinggi. Hindari makanan manis yang berlebihan, karena akan mempercepat sekresi insulin, yang menyebabkan cepatnya gula masuk dalam sel, yang akibatnya kita cepat lapar di siang hari. Dan untuk tahan lebih lama bersahurlah dekat saat imsak.”

2. Segerakanlah berbuka

Untuk memulihkan energi yang terkuras habis, segeralah berbuka dengan makanan berkabohidrat sederhana yang terdapat dalam makanan yang manis, yang dapat secara instan mengembalikan energi kita. Namun kita juga tidak boleh terburu-buru menyantap habis hidangan yang disediakan di atas meja. Makanlah secara bertahap agar organ cerna yang seharian tak terisi dan dalam keadaan beristirahat, punya waktu untuk menyesuaikan. Baru setelah sholat magrib kita tidak dapat melanjutkan dengan makan berat, seperti nasi dan lauk pauknya. Dan setelah tarawih dilanjutkan dengan sesi makan kecil atau cemilan.

3. Tetaplah berolahraga

Aktifitas fisik saat puasa sangat dibutuhkan untuk menjaga kelancaran peredaran darah agar tidak mudah loyo. Lakukanlah olahraga semampu kita, namun lakukanlah olahraga menjelang waktu berbuka.

4. Konsumsi cukup air

Lebih dari 60% tubuh kita terdiri dari air. Untuk menjalankan fungsinya, setiap organ tubuh kita membutuhkan air. Untuk itu perbanyaklah minum air dan aturlah agar anda minum 8 gelas air sebelum menjalani puasa esok hari. Namun, kita perlu membatasi minuman yang merangsang tubuh memproduksi urin seperti teh dan kopi ,karena akan menyebabkan air yang sudah kita minum dikeluarkan kembali dari dalam tubuh.

5. Pengendalian Emosi

Rasulullah SAW berpesan bahwa puasa itu bukan hanya menahan lapar dan dahaga tetapi juga menahan nafsu. Dengan kata lain tujuan puasa adalah mengendalikan emosi, belajar bersabar, dan berupaya mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan begitu kita akan sehat baik secara fisik maupun jiwa kita.

Yang kedua yaitu pembahasan yang dahulu sempat ramai diperbincangkan yaitu Jumlah Rakaat dalam tarawih.

Shalat tarawih merupakan ibadah yang unik bagi umat Islam di Indonesia, selalu saja setiap tahun, dalam bulan Ramadhan menjadi bahan pembicaraan dan kajian berbagai kalangan. Baik kalangan masyarakat papan menengah ke bawah dan pinggiran, menjadi sumber konflik antara jamaah satu dengan jamaah lain, antara masjid satu dengan masjid lainnya bahkan ada yang konflik antar keluarga, antara menantu dan mertua bisa terjadi retak dan bercerai gara-gara tidak sepaham dengan amaliyah yang dianutnya. Pasalnya adalah masalah tarawih di bulan Ramadhan, ada yang mengerjakan 20 rakaat dan ada yang 8 rakaat. Masalah furu’iyyah yang kental dengan khilafiyyah (perbedaan) ini sudah lama menjadi kajian para fuqaha terdahulu. Tinggal bagaimana kita bisa menyikapi permasalahan tersebut.

Shalat tarawih hukumnya sangat disunahkan (sunnah muakaddah), lebih utama berjamaah. Demikian pendapat masyhur yang disampaikan oleh para sahabat dan ulama. Hampir setiap muslim pernah menjalankannya. Pada Ramadhan biasanya masjid atau mushalla penuh dengan kaum muslimin dan muslimat yang menjalankan shalat jamaah isya’ sekaligus tarawih. Ada yang menjalankan 8 rakaat dan ada yang 20 rakaat. Yang terakhir ini termasuk ciri orang NU (Nahdliyyin). Sedang shalat witir yang diletakkan di akhir biasanya sama 3 rakaat orang NU maupun bukan, 20 rakaat itu serempak dilaksanakan dengan cara dua rakaat salam. Begitu shalat sunnah rawatib setelah Isya’ (ba’diyah) usai dikerjakan, bilal mengumumkan tibanya shalat tarawih dikerjakan, “Marilah shalat tarawih berjamaah!” Imam pun maju ke depan, dan sudah dapat ditebak surat yang dibaca setelah al-Fatihah ialah surat at-Takatsur. Bacaan seperti ini sudah menjadi ciri khusus masjid-masjid atau mushala-mushala NU. Juga sudah dapat ditebak bahwa rakaat kedua setelah al-fatihah tentu surat al-ikhlas. Setelah usai 2 rakaat, ada sela-sela lantunan shalawat yang diserukan ‘bilal’ dan dijawab oleh segenap kaum muslimin. Begitu shalat tarawih sampai rakaat kedua puluh, bacaan surat sesudah al-fatihah tentu sudah sampai ke surat al-lahab dan al-ikhlas. Tinggal salat witirnya yang biasa dilakukan 2 rakaat dan yang kedua satu rakaat, imam biasanya memilih surah al-A’la dan al-Kafirun.

Para imam tarawih NU umumnya memilih shalat yang tidak perlu bertele-tele. Sebab ada hadits berbunyi: “Di belakang Anda ada orang tua yang punya kepentingan.” Maka, 23 rakaat umumnya shalat tarawih lengkap dengan witirnya selesai dalam 45 menit. Warga Nahdliyyin yang memilih tarawih 20 rakaat ini berdasar pada beberapa dalil. Dalam fiqh as-Sunnah Juz II, halaman 54 disebutkan bahwa mayoritas pakar hukum Islam sepakat dengan riwayat yang menyatakan bahwa kaum muslimin mengerjakan shalat pada zaman Umar, Utsman dan Ali sebanyak 20 rakaat. Sahabat Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa: “Rasulullah SAW shalat tarawih di bulan Ramadhan sendirian sebanyak 20 rakaat ditambah witir.” (HR. Baihaqi & Thabrani). Ibnu Hajar menyatakan bahwa Rasulullah shalat Bersama kaum muslimin sebanyak 20 rakaat di malam Ramadhan. Ketika tiba di malam ketiga, orang-orang berkumpul, namun rasulullah tidak keluar. Kemudian paginya beliau bersabda: “Aku takut kalau-kalau tarawih diwajibkan atas kalian, kalian tidak akan mampu melaksanakannya.” Hadits ini disepakati kesahihannya dan tanpa mengesampingkan hadits lain yang diriwayatkan Aisyah yang tidak menyebutkan rakaatnya. (Dalam hamisy Muhibah, juz II, halaman 466-467). Shalat tarawih bermula pada masa Umar bin Khattab RA karena pada bulan Ramadhan orang berbeda-beda, sebagian ada yang shalat dan ada yang tidak shalat, maka Umar menyuruh agar umat Islam berjamaah di masjid dengan imamnya Ubay bin Ka’b. Itulah yang kemudian populer dengan sebutan shalat tarawih, artinya istirahat, karena mereka melakukan istirahat setiap selesai melakukan shalat 4 rakaat dengan dua salam. Dan Umar RA berkata: “Inilah sebaik-baik bid’ah”. Ijtihad Umar bin Khattab RA tidak mungkin mengada-ada tanpa ada dasar pijakan pendapat dari Rasulullah SAW, karena para sahabat semuanya sepakat dan mengerjakan 20 rakaat (ijma’ash-shahabat as-sukuti). Imam Abu Yusuf pernah bertanya kepada Imam Abu Hanifah tentang shalat tarawih dan apa yang diperbuat oleh Khalifah Umar. Imam Abu Hanifah menjawab, “Tarawih itu sunnah muakkadah (ditekankan). Beliau tidak pernah membuat-buat perkara baru dari dirinya sendiri dan beliau bukan seorang pembuat bid’ah. Beliau tak pernah memerintahkan sesuatu kecuali berdasarkan dalil dari dirinya dan sesuai dengan masa Rasulullah SAW. Umar telah menghidupkan sunnah ini lalu mengumpulkan orang-orang pada Ubay bin Kaab lalu menunaikan shalat itu secara berjamaah, sementara jumlah para sahabat sangat melimpah, baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar, dan tak satupun yang mengingkari hal itu. Bahkan mereka semua sepakat dan memerintahkan hal yang sama.” Di samping itu, Rasulullah SAW menegaskan bahwa posisi sahabat Nabi SAW sangat agung yang harus diikuti oleh umat Islam sebagaimana dalam hadits Nabi SAW: “Maka hendaklah kamu berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah al-Khulafa’ al-Rasyidun sesudah aku”. (Musnad Ahmad Bin Hanbal).

Ulama Syafi’iyah, diantaranya Imam Zainuddin bin Abdul Aziz al Malibari dalam kitab Fathul Mu’in menyimpulkan bahwa shalat tarawih hukumnya sunnah yang jumlahnya 20 rakaat: “Shalat tarawih hukumnya sunnah, 20 rakaat dan 10 salam pada setiap malam di bulan Ramadhan. Karena ada hadits: Barangsiapa melaksanakan (shalat tarawih) di malam Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, maka dosanya yang terdahulu diampuni. Setiap dua rakaat baru salam. Jika shalat tarawih 4 rakaat dengan satu kali salam maka hukumnya tidak sah….” (Zainuddin al-Malibari, Fathul Mu’in, Bairut: Dar al-Fikr ,juz 1, hal 360). Pada kesimpulannya bahwa pendapat yang unggul tentang jumlah rakaat shalat tarawih adalah 20 rakaat+rakaat witir jumlahnya 23 rakaat. Akan tetapi jika ada yang melaksanakan shalat tarawih 8 rakaat+3 withir jumlahnya 11 rakaat tidak berarti menyalahi Islam. Sebab perbedaan ini hanya masalah furu’iyyah, bukan masalah aqidah, tidak perlu dipertentangkan.

Ditutup dengan Berkah Ramadhan menyambut terbitnya bulan sabit (hilal) Ramadhan, Nabi SAW berdoa: “Ya Allah, terbitkanlah hilal di atas kami dengan kesejahteraan, Islam, aman dan iman.” Selama bulan Ramadhan, Rasulullah SAW senantiasa memperbanyak ibadah dan amal kebajikan, termasuk infak, sedekah dan menyantuni fakir miskin. Dengan demikian Ramadhan membawa berkah berupa peningkatan nilai keislaman, kekuatan iman dan keamanan, serta merebaknya kedermawanan. Dalam Bahasa Arab bulan disebut dengan “syahr” yang bermakna “terkenal” atau populer. Orang Arab biasanya menamai bulan sesuai dengan keadaan di mana bulan itu berlangsung. Karena pada masa turunnya perintah puasa adalah musim panas yang terik, maka bulan itu dinamai “Ramadhan” yang akar katanya dari “Ramidha” yang berarti “sangat panas membakar” disebabkan panas matahari yang luar biasa menyinari pasir-pasir gurun. Ada juga pengertian lain yaitu “batu (karang) yang membakar. Pengertian di atas sesuai dengan makna filosofis bulan Ramadhan, yaitu membakar dosa-dosa yang pernah dilakukan dengan menahan makan dan minum dan apa-apa yang membatalkannya. Juga dapat dianalogikan, untuk membuat sesuatu lebih terbakar adalah dengan menghimpitnya di antara dua batu (karang) lembut, lalu memukul-mukul sifat (buruk)-nya sendiri di antara dua batu (karang), yakni lapar dan haus. Rasulullah SAW bersabda, ”dinamakan bulan Ramadhan karena ia cenderung membakar dosa-dosa.”

 

Profil Penulis:

Nama saya Fuad Dwi Artha, C.DMP, S.Pd atau bisa dipanggil Fuad. Saya lahir di Kota yang terkenal dengan berbagai julukan Kota Pecel, Kota Sepur, Kota Brem, Kota Gadis, Kota Pesilat yaitu Kota Madiun Provinsi Jawa Timur. Saya anak kedua dari dua bersaudara. Riwayat Pendidikan saya dari SD di SD Negeri 2 Josenan Kota Madiun ,lalu beranjak SMP di SMP Negeri 4 Kota Madiun, selanjutnya SMA di SMA Negeri 5 Kota Madiun, dan kuliah Sarjana di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, sekarang sedang menempuh proses kuliah lanjut S2 di Univeristas Prof. Dr.Hamka Muhammadiyah Jakarta mengambil jurusan Pascasarjana Pendidikan. Sekarang bekerja honorer pemerintah di Instansi SMK Negeri 5 Kota Madiun. Menurut saya menulis adalah hobby karena dengan menulis kita bisa mempunyai kenangan dan ingatan karena kenangan untuk kedepannya generasi kedepannya yang katanya generasi emas 2045 bonus demografi negara Indonesia genap merdeka yang ke 100 tahun dimana dipimpin oleh para pemuda negeri ini jadi buat bahan refrensi bahan baca mereka, juga ingatan agar saya kedepannya dalam mengajar juga menjadi pengingat saya jika sedang lupa atau capek akan profesi ini sebagai pemicu semangat lagi untuk menuntun para generasi mendatang yang gemilang. Selalu tuangkan prestasi bukan sensasi agar apa yang kamu tuai sekarang akan tumbuh hasil untuk kedepannya jika tidak mulai sekarang kapan lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *