Saya membaca sebuah postingan di media sosial facebook (maaf, saya lupa melihatnya kapan) dimana isi postingan tersebut menyatakan bahwa dia menjadi korban trading abal-abal dengan total kerugian mencapai 44 juta rupiah. Nominal yang tidak sedikit menurut saya dan saya yakin pasti dia bukan satu-satunya korban tapi mungkin masih ada korban lainnya. Oleh karena itu saya tergerak untuk melacak bagaimana modus operandi dari oknum penipu ini. Tentu saja untuk mengetahui modus operandi dari para oknum tersebut, saya harus menjadi calon korban dari mereka. Dan inilah langkah-langkah yang mereka gunakan untuk menipu calon korbannya.
- Pertama. Para oknum tersebut mencari calon korban melalui media sosial seperti Facebook, Instagram dan mungkin juga melalui media sosial lainnya. Oknum tersebut akan membuat akun dengan photo profil gadis cantik dan akan berusaha untuk berteman dengan Anda.
- Kedua. Para oknum tersebut akan berusaha menjalin kedekatan secara emosional dengan calon korbannya. Dimana oknum tersebut akan mengatakan bahwa dirinya seorang pengusaha yang cukup sukses dan dibumbui dengan dia seorang yatim atau piatu atau yatim piatu.
- Ketiga. Setelah kedekatan emosional berhasil dia dapatkan dari Anda maka dia akan menunjukkan bagaimana dia bisa menjadi pengusaha sukses diusianya yang relatif cukup muda yaitu melalui trading privat. Dan akan berusaha mengajak Anda untuk mengikuti langkah yang dia lakukan alias mengajak trading.
- Keempat. Jika Anda terpancing untuk mengikuti keinginannya maka oknum tersebut akan mengirimkan sebuah alamat website yang jika Anda buka maka tampilannya homebase-nya akan serupa seperti trading mata uang pada umumnya. Selanjutnya oknum tersebut akan memperkenalkan kepada Anda konsultan trading yang selama ini membantu dia dalam melakukan trading agar terus profit alias untung. Sampai disini mungkin Anda tidak akan curiga tapi percayalah disinilah lubang buayanya.
- Kelima. Kemudian Anda akan diminta join dengan WAG (Whatsapp Group) Trading. Didalam WAG tersebut Anda akan menemukan orang yang mengaku juga dibimbing oleh konsultan tersebut. Sampai disini mungkin Anda akan berpikir ini nyata bukan tipu-tipu tapi percayalah mereka semua yang ada di group tersebut adalah oknum penipu yang merupakan komplotannya.
- Keenam. Selanjutnya teman Anda tersebut akan meminta Anda untuk trading pertama di level pemula dengan deposit 1 juta rupiah (bisa lebih bisa juga kurang dari ini). Kemudian Anda akan dibimbing oleh konsultan tersebut (orang ini juga komplotannya) sampai berhasil trading dengan profit hingga 50% dari deposit Anda. Kemudian deposit (1 juta tadi) plus profit Anda 50% tadi akan dicairkan langsung ke rekening Anda. Sampai disini mungkin Anda akan merasa senang, bahwa sangat mudah mendapatkan uang dengan trading tapi percayalah ini hanya umpan buat Anda.
- Ketujuh. Langkah ini yang harus Anda waspadai dimana teman Anda akan meminta Anda untuk deposit dengan nominal yang lebih tinggi, misalnya 3 sampai 10 juta tapi dengan aturan Anda wajib melakukan 3 kali trading dan membayar sejumlah fee kepada konsultan. Setelah Anda melakukan 3 kali trading baru Anda bisa melakukan pencairan dana deposit Anda plus profitnya. Jumlah fee yang harus Anda bayarkan sekitar 30% dari profit yang Anda dapatkan. Misalkan Anda mendapatkan profit 10 juta maka fee yang harus Anda bayar sekitar 3 juta. Terdengar menggiurkan bukan.
- Kedelapan. Ini adalah langkah terakhir dari oknum penipu tersebut. DImana Anda akan diminta deposit dengan jumlah puluhan juta dengan aturan anda wajib trading minimal 6 sampai 8 kali baru bisa melakukan penarikan. Tentu Anda akan berpikir bisa menjadi kaya setelah ini. Tapi percayalah jika Anda melanjutkan sampai tahap ini Anda akan mengalami kerugian besar atau bisa jatuh miskin seketika karena oknum tersebut akan menghilang seketika ketika Anda sudah menyelesaikan trading dan ingin melakukan pencairan.
Mudah-mudahan cerita ini dapat membantu Anda agar tidak menjadi korban mereka. Selalu gunakan logika Anda bahwa tidak ada uang yang bisa didapatkan tanpa melalui perjuangan. SALAM DINAMIKA
Oleh: I Gusti Ngurah Alit Widana Putra
Dosen S1 Sistem Informasi Universitas Dinamika Surabaya