Thu. Apr 24th, 2025

            Konsep beragama menjadi hal yang krusial dalam konteks mengamalkan ajaran agama itu sendiri. Konsep beragama yang salah dapat berdampak fatal terhadap amaliah, artinya konsep beragama harus sesuai dengan tujuan utama beragama itu sendiri yang berasaskan langsung kepada Kitab suci dan sabda Rasul yang Agung. Beragama tidak bisa hanya satu sisi, beragama harus seimbang dan menyeluruh. Tujuan utama beragama ialah bagaimana bisa menjadi mahluk-Nya secara baik dengan mengamalkan perintah-perintah-Nya. Perintah-Nya jika dikaji secara detail tidak ada yang dominasi ke kanan maupun ke kiri, perintah-Nya Allah Swt., dipastikan seimbang dan berlaku di segala penjuru-segala aspek.

        Peraturan Tuhan (syariat) tidak mungkin menekankan pada satu sisi saja, jika ada seseorang atau komunitas agama menyakini demikian maka pemahaman dan konsep ia dalam beragama kurang lengkap (sempurna) atau dalam kata lain “ada yang salah dalam memahami konsep beragama”. Hal tersebut dikarenakan berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Misalnya, kurangnya ilmu sehingga pemahaman agamanya tidak lengkap, fanatik terhadap ideologi agama atau madzhab agama yang menyakini paling benar dibanding lainnya. Pahala yang dijanjikan Tuhan lebih menarik hati seorang hamba sehingga terus memburu dan memburu pahala serta Ridha-Nya, namun terkadang mereduksi kewajiban dan tanggungjawab sosialnya kepada sesama. Seolah-olah mengabdi kepada Tuhan dengan menjalankan ritual ibadah kepada-Nya menjadi jalan mulus untuk mendapatkan surga-Nya, sedangkan membantu sesama, senyum kepada sesama, tidak menghina kepada sesama, menghargai, dan empati kepada sesama seolah-olah dipahami bukan ibadah yang menjanjikan ke surga.

          Paradigma demikian, dapat merusak tatanan umat beragama. Islam sebagai agama yang mengkampanyekan keseimbangan, kebijakan, dan moderat dalam berhaluan tidak mungkin mengajarkan sebagaimana pandangan atau tindakan di atas. Bahwa amaliah baik itu tidak hanya ritual ibadah yang ditujukan kepada Allah Swt., melalui salat, puasa, haji, zikir, membaca Al-Qur’an, I’tikaf di masjid, berdoa, bertafakkur, bermunajat, dan meditasi, tetapi amaliah sosial juga termasuk ibadah kepada Allah, melalui sedekah, menebarkan salam, silaturrahim, toleransi, tidak dendam, tidak menghina, infak, zakat, gotong royong dalam kebaikan dan sejenisnya itu semua amal saleh yang mampu menyelamatkan kita di akhirat dan juga sebagai amalan yang bisa menjadi penambah bahkan penolong jika amaliah ibadah ritual kita kurang. Mari kita simak beberapa firman-Nya yang relevan dengan penjelasan tersebut:

 وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“…Dan saling tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan saling tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.” (QS. Al Ma’idah: 2)

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.”

(QS An Nahl :90)

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashas: 77)

        Dari beberapa paparan ayat di atas dapat dipahami bahwa Islam memerintahkan manusia untuk beramal kebaikan dalam dinamika sosial, amal sosial dalam kaca mata Islam selama itu baik dan bernilai manfaat kepada orang lain tidak menyalahi syariat maka bernilai ibadah. Artinya, manusia tidak boleh melalaikan kewajiban dia sebagai makhluk sosial, manusia sebagai khalifah di bumi bertugas bagaimana bumi ini tetap terjada dan stabilitas kehidupan di bumi stabil, aman, damai dan maju, sehingga tindakan manusia yang mengarah untuk kebaikan bersama, kemajuan dan kesejahteraan selama itu ditujukan kepada Allah, maka bernilai ibadah (amal saleh) yang mungkin bisa membantu kita nanti ke surga-Nya.

           Tulisan ini untuk memberikan penegasan bahwa ibadah kepada Allah penting, tetapi berbuat kepada kepada manusia juga penting dan bernilai ibadah. Dalam konsep beragama ada istilah Iman, Islam dan Ihsan. Iman sebagai pondasi untuk manusia beragama, Islam sebagai dasar manusia taat dengan menjalankan perintah agama, sedangkan ihsan sebagai buah dari pondasi yang dibangun dan amaliah yang dikerjakan, sehingga selalu menebar kebaikan masuk golongan muhsinin. Penjelasan tersebut menjadi bukti bahwa bersikap baik kepada orang termasuk ibadah sebagaimana ajaran Rasul Saw dan contoh yang beliau tunjukkan.

            Pribadi yang saleh secara spiritual dan sosial menjadi solusi dekadensi moral dan fanatisme beragama akhir-akhir ini. Kiranya tulisan singkat ini bisa menjadi sumber referensi dan acuan umat Islam dalam beragama dan bermu’amalah agar terwujud keseimbangan yang sempurna dengan tidak merugikan aspek Ilahiah (ketuhanan) dan aspek Insaniah (kemanusiaan), karena sejatinya manusia diciptakan selain untuk menyembah kepada-Nya juga untuk menjadi wakil-Nya di muka bumi ini. Semoga bermanfaat…

 

Oleh:
Dr. Muhamad Basyrul Muvid, M.Pd. (Dosen Agama Universitas Dinamika Surabaya)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *