Assalamu’alaikum Wr. Wb
حَمْدًا وَشُكْرًا لَكَ يَا الله, جِئْنَا بِالْمَحَبَّةِ عَلَى حَبِيْبِكَ يَا رَبَّ الْمَحْبُوْبْ إِلَّا اَنْتَ يَاكَرِيْمَ الْجُوْدْ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ مِفْتَاحِ بَابِ رَحْمَةِ الله, عَدَدَمَا فِى عِلْمِ الله, صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ بِدَوَامِ مُلْكِ الله وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَهْ لَا حَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّا بِالله. أَمَّا بَعْدُ…
Yang termulia dan pasti hadir ditengah-tengah perayaan sosok baginda nan suci dan abadi, Yaitu Sayyidina Muhammad Saw, beliaulah yang kita cintai bersama, beliaulah yang kita rindukan bersama, beliaulah yang menyebabkan hadirnya seluruh akam semesta dan seisinya. Tanpa hadirnya beliau, tanpa adanya ciptaan Nur daripada beliau Shollallahu ‘alaihi wa sallam, kita tidak akan pernah berkumpul dan hadir di dunia ini secara abadi.
Hadhrotal kirom, Ayyuhal habaib, wal ‘ulama, Ayyuhal Fudhola, para tokoh agama, para kyai, para tokoh masyarakat, para asatidz wal asatidzah di TPQ … yang selalu kami hormati dan kami muliakan bersama.
Syukur alhamdulillah, kita berkumpul disini, hadir disini, kita ditakdirkan oleh Allah Swt menjadi hamba yang diakui sebagai umat Rasulullah Saw. Kita hadir disini hanya karena ingin dianggap oleh Rasulullah Saw sebagai umat yang rindu kepada beliau Saw. Kitapun saat ini mengorbankan harta kita, mengorbankan waktu kita, sekaligus mengorbankan kesempatan dunia kita hanya untuk menghadiri peringatan ini, semua karena mahabbah, karena cinta, karena ingin bertemu, berkumpul bersama, kekal nan abadi, bersama Sang Kekasih Ilahi, yaitu Sayyidina Muhammad Saw.
Hadirin,
Hanya Rasulullah lah yang menjadi wasilah sejati bagi kita semua kelak. Wasilah untuk menuju kebahagiaan di akhirat, wasilah untuk dapat menikmati keindahan dan kenikmatan surga yang abadi, sebab keindahan surga, sebab kenikmatan pahala, itu semua karena adanya Nabi Muhammad Saw. Sebagaimana Firman Allah Swt dalam Hadis Qudsi menjelaskan:
لَوْلَاكَ لَوْلَاكَ لَمَّا خَلَقْتُ الْأَفْلَاكَ
Seandainya bukan karena engkau Ya Muhammad…, seandainya bukan karena engkau ya Muhammad…, maka aku tidak akan pernah menciptakan alam semesta dan seisinya ini.
Alhamdulillah, ma’asyirol hadirin …
Kita saat ini ditakdirkan menjadi umat Rasulullah Saw, kita hari ini perlu menyadari, bahwasanya kita hidup wajib hukumnya mensyukuri disetiap nafas kita. Karena nafas kita ada, karena diri kita ada, karena semua kenikmatan dan kesedihan, serta ujian dan cobaan yang dihadirkan Allah Swt ditengah-tengah kita ini, adalah karena Allah Swt menciptakan Nur Muhammad Saw, sebelum Allah menciptakan makhluk-makhluk yang lain.
Alfaqir, teringat hadis yang dikutip oleh Al-Imam Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, beliau menjelaskan terkait bagaimana penciptaan Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh sahabat Jabir ra.
قَالَ يَا جَابِرْ إِنَّ اللهَ خَلَقَ قَبْلَ الْأَشْيَاءِ نُوْرَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ نُوْرِه.
Ketika ini diartikan, Rasulullah memberitahu kepada sahabat Jabir ra: Ya Jabir, sesungguhnya Allah Swt sebelum menciptakan apapun di alam semesta ini, Allah Swt menciptakan nur Nabi Muhammad Saw dari cahaya Allah itu sendiri. Sehingga, cahaya Allah lah diambil sedikit untuk meciptakan Nur Muhammad Saw. Lantas, ketika seluruh alam semesta ini diciptakan, maka diambillah dari percikan-percikan kecil Nur Muhammad Saw.
Lantas apakah kita akan menjadi orang yang sombong ketika kita saja, masih berasal dari butiran-butiran kecil daripada Nur Muhammad Saw? Bagaimana dengan kemegahan Gunung, keluasan Lautan, dan itu semua berasal dari Nur Muhammad Saw? Sungguh ketika tubuh ini selalu lalai, selalu berbuat dosa, kita pun mengotori cahaya daripada Rasulullah Saw yang dititpkan kepada diri kita.
Juga dilanjutkan dalam periwayatannya terkait bagaimana Allah menskenario terkait penciptaan Rasulullah Saw secara masa dalam keterangan selanjutnya,
وَقَدْ وَرَدَ مِنْ حَدِيْثِ اَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ اَنَّهُ قَال: قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُنْتُ اَوَّلَ النَّبِيِّيْنَ فِى الْخَلْقِ وَآخِرَهُمْ فِى الْبَعْث
Hadis ini dikutip oleh Sayyidinal Imam, Al-Habib Ali rodhiyalllahu ‘anhu dari Abi Hurairah, bahwasanya Allah menciptakan Nur Muhammad Saw terlebih dahulu dari semuanya, akan tetapi, Allah menghadirkan jasad Rasulullah Saw, mengutus Rasulullah Saw sebagai nabi terakhir daripada para nabi dan Rasul yang telah lalu ada.
Ini menunjukkan, ketika dengan kehadiran Rasulullah, sebagai pertanda, kita adalah umat akhiruzzaman. Sebagai pertanda sebagai adanya akhiruzzaman. Sebentar lagi kiamat para hadirin. Sebentar lagi kita hidup di dunia Cuma sementara, hanya sebentar saja, sebentar saja hidup, sebentar saja pindah di alam barzakh, di alam kubur, sebentar lagi, kita sudah pindah lagi di mahsyar.
Lantas dengan sebentarnya seperti ini, kita mau mengandalkan siapa ketika kelak berpindah ke alam lain? Mau minta tolong siapa? Mau memohon kepada siapa? Sedangkan ketika malaikan maut sudah mentakdirkan ajal kita, seluruh amal ibadah kita akan terputus, kita sudah tidak ada kesempatan lagi untuk beramal saleh, tidak ada lagi acara untuk bersedekah, tidak ada lagi acara untuk kumpul memperingati maulidunnabi Muhammad Saw.
Bersama siapa kita berada disana? Sedangkan, seluruh manusia, nafsi nafsi, seluruh anbiya nafsi nafsi. Sebagaimana cerita, kelak di hari kebangkitan, meskipun suami istri makamnya berjejeran, mereka saling sibuk dengan amalnya sendiri-sendiri. Tidak akan ada saling menjamin antara amalan satu dengan sendirinya.
وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰى
Semuanya akan berjalan sendiri-sendiri. Dan bahkan, ketika mereka memohon pertolongan kepada Nabi Adam as, nabi adam pun merujuknya kepada nabi Nuh as, karena keterbatasannya. Dan begitupula sampai pada Nabi Nuh, Nabi Nuh pun angkat tangan dan menyerahkan kepada Nabi Ibrahim as, namun Nabi Ibrahim juga tidak bisa, sampai kepada Nabi Isa as. Semuanya tidak ada yang mampu.
Namun, satu sosok yang mampu memberikan syafaat kepada kita semua, seluruh Nabi, tidak mampu memberikan syafaat, seluruh Nabi, kesulitan memberikan pertolongan kelak. Hanya satu, yaitu Habibuna Muhammad Saw … Allahumma sholli ‘alaa sayyidina Muhammad …
Hadhirin, ketika Rasulullah Saw lah yang mampu berjasa, menolong, hingga ketika beliau hendak wafat, yang selalu ada didalam pikirannya adalah ummati ummati wa ummati, apa yang kita buktikan kepada beliau bahwasanya kita benar-benar umat Rasulullah Saw? Apa yang dapat menjadikan beliau Saw bangga ketika melihat keadaan kita yang sampai saat ini, mungkin sangat sulit dan jauh dari apa yang ada pada angan-angan dan ekspektasi Rasulullah Saw.
Bayangkan, betapa malunya kita ketika didalam hati kita, masih tersimpan kegemerlapan dunia, masih tersimpan pikiran tentang harta, pikiran tentang jabatan, pikiran tentang kekayaan, namun dimana letak Rasulullah Saw yang ada dibagian hati kita? Bukankan seluruh dunia ini hanya sementara? Bukankah yang ada di dunia ini hanyalah dapat mengecewakan kita? Kenapa kita selalu terlena? Kenapa kita selalu terbuai akan kegemerlapan sementara? Dan nyatanya yang paling abadi adalah mahabbah kepada Rasulullah Saw.
Ma’asyirol muslimin rohimakumullah …
Alfaqir teringat sebuah hadis yang disabdakan oleh Nabi Saw:
الأَرْوَاح جُنُوْدٌ مُجنَّدةٌ
Ruh itu diciptakan oleh Allah Swt bergerombol, berkoloni, sesuai dengan karakter masing-masing. Abu Lahab, meskipun satu masa dengan Rasulullah, sejenis secara darah berasal dari satu keturunan, yaitu Bani Quraisy bersama Rasulullah Saw, namun perilakunya, sampai tidak layak dan diabadikan dalam Al-Qur’an dalam satu surat. Maka secara hakikat, ruh Rasulullah Saw tidak pernah bertemu sedikitpun bersama Abu Lahab. Karena selama amaliyah di dunia, ia tidak beriman kepada Nabi Muhammad, dan bahkan sampai mencederainya.
Maka, ketika ada majelis maulid, ketika ada kumandang adzan, ketika ada perintah puasa, ketika ada perintah selalu menjaga kesucian, ketika ada perintah untuk diam dalam berkhutbah, ketika Rasulullah senang dengan bersiwak, hingga menjadi kesunnahan, ketika Allah Swt memerintahkan untuk menutup aurat, lalu kita melanggar apa yang disukai oleh Rasulullah, kita meremehkannya, dengan dalih perbuatan kita mungkin kurang baik, dengan dalih kita sulit merubah. Dan bahkan, mungkin, kalian lupa sholat karena sering meremehkannya, itu bukan karena kebiasaan kalian.
Jangan-jangan, Allah Swt tidak membersamakan ruh kalian bersama ruh Rasulullah Saw ketika pada saat itu diciptakan? Jangan-jangan ruh kalian pada saat itu dikumpulkan dengan orang-orang ahli maksiat? Sehingga yang engkau lakukan setiap hari, jauh dari nilai-nilai keislaman, sehingga yang engkau eluh-eluhkan ialah bukanlah orang-orang soleh yang menjadi kekasih Rasulullah, namun para mega bintang yang berseliweran di sosial media?
اَنْتَ مَعَ مَنْ اَحْبَبْتَ
Diakhirat kelak, engkau akan dikumpulkan bersama orang-orang yang engkau kagumi, bersama orang-orang yang engkau sayangi. Mungkin, saat ini, kita jauh dari nilai-nilai keislaman, karena kita salah mengagumi sosok? Mungkin kita bukan mengagumi orang-orang soleh, tidak mengagumi para ulama yang sudah jelas menjadi pewaris nabi. Sehingga Allah Swt, sangat jarang menurunkan rahmat kepada kita.
Hadirin, ketika Allah menurunkan Rahmat, ketika Allah mencintai kita, ketika Allah menyayangi kita, maka ibadah kita akan selalu dijaga oleh Allah Swt. Allah akan selalu menaungi kita dengan cahaya ketentraman berkat daripada cinta kita kepada Nabi Muhammad Saw. Mari, kita perbanyak menceritakan akhlak Rasulullah Saw, bukan malah akhlak para artis ataupun selebgram. Kita menceritakan para kekasih Allah Swt, bukan malah membanding-bandingkan hingga menganggap itu adalah wali fiktif. Karena kisah kesolehannya, kita akan termotivasi untuk mengikuti jejaknya, karena kecintaannya kepada Nabi Muhammad Saw, kita akan mampu menirunya. Amin Allahumma … Amin.
Kalau kita cinta, kita sayang, kita rindu, maka kita akan selalu memikirkan dan menjunjung tinggi Rasulullah Saw dengan bersalawat kepadanya sebanyak-banyaknya.
Wassalamu’alaiku Wr. Wb.
Oleh:
Ustadzah Syafira Eva Al-Khirid
Pengasuh TPQ Zahiratul Ulum