Tue. Feb 18th, 2025

Kehadiran beberapa platform media sosial seperti tiktok, snack video, Instagram, youtube, dan banyak lagi telah memberi ruang baru bagi penyebarluasan informasi Kesehatan kepada Masyarakat. Berbagai topik Kesehatan dapat dinikmati secara “ringan” di media sosial. Beberapa postingan dengan mudah tersebar di platform lain, seperti di grup-grup whatsapp. Diskursus Kesehatan bisa saja terjadi, bahkan berpeluang menjadi trending topic.

Pesan-pesan Kesehatan tampil dalam bentuk tips singkat, dengan atau tanpa figure yang mempunyai otoritas keilmuan. Dapat pula menampilkan sosok dengan otoritas keilmuan. Sebut saja dokter Cahyono, yang dikenal dengan pendekatannya yang natural. Atau dokter Hans Tandra,  yang sering tampil di tiktok dalam konten herbalin aja.

Fenomena yang cukup menarik dalam ranah media sosial adalah keberadaan para influencer. Sebuah riset menunjukkan bahwa keberadaan mereka telah menjadi suara yang kuat dalam membangun persepsi dan perilaku seputar Kesehatan (Burke-Garcia, 2019). Factor yang cukup berpengaruh tentu saja karena jumlah follower mereka yang besar. Hal yang menarik adalah, para influencer tidak selalu memiliki latar keilmuan bidang Kesehatan.

Dalam konsep yang dikenal dengan Wellness, Kredibilitas mereka sebagai komunikator dibangun melalui representasi gaya hidup yang mendominasi postingan media sosial. Beberapa factor-faktor kredibilitas diluar keahlian dapat diujikan pada perilaku mereka.  Yang pasti, apa yang ditampilkan di media sudah cukup membangun kepercayaan publik atas apa pesan-pesan yang disampaikan. Bahkan studi lain menunjukkan bahwa dibandingkan para professional, influencer sering banyak membangun keterlibatan dalam suatu diskursus produk Kesehatan (García Rivero et al., 2021). Di sisi lain, studi tersebut menyisakan kekhawatiran bahwa tidak selalu informasi yang disampaikan akurat.

Kekhawatiran ini layak ditempatkan dalam tantangan baru bidang promosi Kesehatan. Bagaimanapun juga, orientasi terhadap perilaku Kesehatan Masyarakat tetap menjadi fokus utama. Akurasi pesan adalah mutlak untuk menjamin peningkatan derajat Kesehatan Masyarakat, terutama karena dampak buruk yang mungkin timbul akibat kesalahpahaman dalam Masyarakat.

Terlepas dari kekhawatiran tersebut, bagaimanapun juga, media sosial telah membawa revolusi dalam penyebarluasan pesan-pesan Kesehatan. Kehadiran para influencer menjadi peluang baru untuk menampilkan pesan-pesan secara lebih inklusif dan popular dalam benak khalayak. Bahkan identifikasi terhadap popularitas mereka dapat menjadi motivator bagi khalayak untuk mengembangkan perilakunya  untuk hidup sehat.

Inilah sebuah hadiah yang dibawa dalam revolusi media kita dalam mewujudkan demokratisasi di bidang Kesehatan. Siapa pun dapat berperan sebagai komunikator, dengan membawa sumber-sumber kredibilitas yang dimilikinya. Diskusi Kesehatan dapat terjadi di ruang-ruang public, baik dunia maya maupun dunia nyata.

Untuk itulah, dunia akademis perlu terlibat pada proses tersebut sebagai bagian dari peran dan tanggungjawab sosialnya. Beberapa pakar dan praktisi Kesehatan telah memulai jalan ini, dan mengalami lompatan pada seputar masa pandemi. Dalam perkembangannya, mereka bahkan telah dikenal oleh public sebagai bagian dari influencer itu sendiri. Lalu bagaimana dengan mereka yang tanpa kepakaran?  Tentu, media dapat menjadi medium yang mengakomodasi berbagai sumber dan pesan-pesan Kesehatan untuk ditampilkan secara seimbang, kritis, aktual, dan tentu saja menyenangkan untuk dinikmati oleh khalayak luas.

Oleh: Stefanus Khrismasagung Trikusumaadi – Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *